Senin, 22 Agustus 2011

Administrasi Personel Sekolah dan Adminitrasi Kurikulum


BAB I
PENDAHULUAN




Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup manusia, melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, memiliki skill, sikap hidup yang baik sehingga dapat bergaul dengan baik pula di masyarakat dan dapat menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat, pendidikan menjadi investasi yang memberi keuntungan sosial dan pribadi yang menjadikan bangsa bermartabat dan menjadikan individunya menjadi manusia yang memiliki derajat.
Oleh karena pendidikan kemampuan manusia terus diasah agar memiliki ketajaman dalam memecahkan berbagai hidup dan kehidupan, sehingga memiliki kepribadian mandiri dan bertanggung jawab, serta memiliki pemahaman dan apresiasi terhadap orang lain.



BAB II
PEMBAHASAN



A.        Administrasi Personel Sekolah
Untuk membatasi pokok permasalahan ini maka perlulah dikemukakan mengenai definisi administrasi personel sekolah, administrasi personel sekolah adalah segenap proses penataan personel di sekolah.
Di dalam berlangsungnya kegiatan sekolah maka unsur manusia merupakan unsur penting, karena kelancaran jalannya pelaksanaan program sekolah sekolah sangat ditentukan oleh manusia-manusia yang menjalankannya.
Untuk itu dalam bagian ini perlu dibahas secara lebih mendalam mengenai personel sekolah, karena bagaimana pun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulitlah untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan.
Kepegawaian disebut juga personalia atau kekaryawanan dan pegawai tersebut juga personel atau karyawan. Karena menurut penulis artinya sama, maka dalam tulisan ini mungkin dipergunakan istilah-istilah tersebut secara berganti-ganti. Pegawai pada suatu sekolah ialah semua manusia yang tergabung di dalam kerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas dalam mencapai tujuan pendidikan. Mereka ini terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru, Kepala Tata usaha, semua karyawan tata usaha, termasuk pesuruh. Untuk dapat bekerja secara baik, artinya antara petugas satu dengan petugas lainnya tidak overlap (maka perlu diadakan kegiatan penataan untuk bidang kepegawaian)
Menurut UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 2:
1.         Pegawai negeri terdiri dari:
a.    Pegawai Negeri Sipil dan
b.    Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
2.         Pegawai negeri sipil terdiri dari:
a.    Pegawai negeri sipil pusat
b.    Pegawai negeri sipil daerah, dan
c.    Pengawal negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Syarat-syarat Pegawai Negeri
1.         Segi kepribadian.
2.         Kesetiaan.
3.         Kesehatan badan.
4.         Kecerdasan.
5.         Kemampuan.
6.         Ketangkasan.
7.         Dan syarat-syarat lain yang khusus diperlukan bagi sesuatu jabatan negeri yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Dari bahasan di atas, dapatlah diperinci pokok masalah penataran terhadap pegawai sekolah sebagai berikut:
a.    Bagaimana memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk tugas pekerjaannya, termasuk mengatur pengangkatannya. (bila perlu).
b.    Bagaimana menggunakan tenaga kerja yang sudah diperolehnya itu dengan efisien, termasuk merangsang kegairahan kerjanya.
c.    Bagaimana memelihara pegawai, pemberi gaji, intensif, kesejahteraan.
d.    Bagaimana mengatur kenaikan gaji dan pangkatnya, dan perpindahan mereka jika perlu terjadi.
e.    Bagaimana mengembangkan mutu pegawai.
f.     Bagaimana menilai pegawai.
g.    Bagaimana menata pemutusan hubungan kerja dengan pegawai.

Di Indonesia, sekolah menurut status pemilikannya dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.         Sekolah Negeri.
b.         Sekolah Swasta (dengan berbagai variasi).
Untuk sekolah negeri, pegawai tetapnya adalah pegawai negeri sedangkan untuk sekolah swasta pegawai tetapnya dapat pegawai negeri yang diperbantukan dan juga pegawai yayasan yang memiliki sekolah tersebut. Untuk sekolah swasta mendapat bantuan guru-guru pegawai negeri disebut sekolah subsidi, sedangkan sekolah swasta yang tidak mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah disebut sekolah swasta yayasan dan sekolah swasta yang mendapat bantuan keuangan dari pemerintah disebut sekolah swasta berbantuan.
Dari sudut Administrasi Pendidikan (sekolah), dapat dilihat bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah problem hubungan kerja kemanusiaan (human relationship).



Keberhasilan dalam hubungan-hubungan kerja kemanusiaan ini akan ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas mereka yang berkepentingan dalam:
a.         Menyampaikan berita kepada orang lain.
b.         Memahami dengan tepat isi/maksudnya dengan harapan mau menerima.

B.        Administrasi Kurikulum
Pada jenis dan tingkat sekolah apa pun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling penting dan banyak tantangannya, sedangkan stafnya mendapat bagian tanggung jawab dalam membantu usaha pelaksanaan dan pengembangan program pengajaran yang efektif. Agar supaya kepala sekolah mampu memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini hendaknya ia mengetahui berbagai teori mengenai kurikulum dan menyadari kaitannya dengan kebijaksaan dan langkah-langkah administratif.[1]

C.        Masalah-masalah dalam kurikulum
1.         Apakah kurikulum itu?
Kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai pendidikan merupakan hal yang penting. Sekalipun para ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang kurikulum. Ada yang mempunyai pandangan yang sempit mengartikan kurikulum sebagai kumpulan mata-mata pelajaran. Ada pula yang berpandangan sangat luas mengartikan kurikulum sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang disediakan dan menjadi tanggung jawab sekolah. meskipun pandangannya berbeda-beda tetapi mengandung hal yang sama, bahkan kurikulum merupakan rancangan dan pelaksanaan pendidikan atau pengajaran.[2]

2.         Apakah yang harus diajarkan?
Terdapat perbedaan pendapat yang berpusat sekitar isi kurikulum. Banyak pemuka pendidikan mengemukakan pendapat bahwa:
1.    Kurikulum harus terdiri dari berbagai mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan terperinci.
2.    Kurikulum harus mencakup seperangkat masalah-masalah luas tertentu yang bertalian dengan kebudayaan, atau yang berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan umum yang selalu muncul.
3.    Program pengajaran harus disusun sekitar masalah-masalah kehidupan anak sehari-sehari yang berbeda-beda pada tiap kelompok umur.
4.    Merupakan modifikasi atau variasi dari pendapat-pendapat di atas.

3.         Apakah yang harus diutamakan dalam kurikulum?
Dalam garis besarnya ada tiga anggapan yang berbeda-beda, yaitu:
a)    Anggapan pertama yang berpendirian, karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan, latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
b)    Anggapan kedua mempertahankan pendirian, karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu.
c)    Pendirian ketiga menganggap tidak ada pertentangan prinsipil antara kedua anggapan di atas. Kita tidak usaha berpihak kepada salah satu pendirian, sebab itu benar-benar tidak realistis. Individu hanya dapat mewujudkan dirinya sebagai individu jika ia berada dalam masyarakat tempat ia hidup. Karena itu kurikulum harus berorientasi kepada individu di dalam masyarakat.



4.         Bilamana dan oleh siapa kurikulum harus direncanakan?
Masalah kelima berkisar sekitar masalah tanggung jawab untuk menentukan: harus bagaimana bentuk kurikulum itu, siapa yang merencanakannya, dan bilamana ada yang mengemukakan pendapat bahwa perencanaan kurikulum adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian dan karena itu harus dikerjakan oleh para ahli atau “expert” dalam bidang perencanaan kurikulum. Menurut pendapat ini kurikulum harus direncanakan baik-baik sebelumnya, seringkali secara terperinci mengenai situasi belajar, dan semua murid di semua sekolah tingkat tertentu mempunyai kurikulum yang kira-kira seragam.
Mengenai perencanaan di muka atau “pre-planning” terdapat perbedaan pendapat dalam hal sejauh mana perencanaan di muka dapat dilakukan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendirian, bahwa tidak ada aspek-aspek kurikulum yang harus direncanakan jauh sebelum situasi belajar berlangsung. Untuk penjelasan singkat, pendapat-pendapat yang berbeda itu dapat dilukiskan dengan skala seperti tercantum di bawah ini.
1
2
3
4
5
Kurikulum seluruhnya direncanakan di muka secara terperinci oleh “experts” dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
Kurikulum direncanakan secara terperinci di muka oleh panitia yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya yang luas oleh panitia yang terdiri dari guru-guru dalam bentuk pedoman kerja. Perincian dilakukan oleh guru berdasarkan kebutuhan-kebutuhan murid.
Kurikulum direncanakan dalam garis besarnya, berisi partisipasi dari guru-guru dan tokoh-tokoh masyarakat. Perincian dilakukan oleh perencanaan bersama guru murid.
Kurikulum direncanakan oleh guru bersama murid pada waktu akan belajar, tanpa perencanaan jauh di muka.
Skala “Pre-Planning”
5.         Bagaimana kurikulum harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual?
Kurikulum yang berorientasikan kumpulan mata pelajaran berasal dari zaman sebelum ada pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan individu dan kemampuan pada murid. Pada waktu itu orang menganggap semua murid (kecuali anak-anak yang lemah jiwa) dapat menguasai semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah dengan kepandaian yang sama asal mereka rajin belajar. Taraf hasil belajar yang dicapai dalam mata-mata pelajaran hanya ditentukan oleh besarnya usaha atau kerajinan yang ditunjukkan pelajar.
Dewasa ini pada umumnya diakui bahwa makhluk manusia sangat beraneka ragam dalam kemampuannya untuk maju. Keadaan itu telah menggerakkan para pendidik kepada perbedaan-perbedaan individual ini. Di sini timbul perbedaan-perbedaan pendapat mengenai persoalan bagaimana hal ini harus dilaksanakan.
Pertama, ialah konsep kurikulum yang telah ditetapkan jauh di muka harus dikuasai oleh semua murid menurut kecepatan yang telah diatur sebelumnya. Yang menjadi masalah ialah menyesuaikan individu-individu yang mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda kepada “realitas” ini.
Pendapat kedua, mengemukakan tentang teori bahwa murid-murid harus dikelompok menurut kemampuannya antara lain:
-       Kelompok murid-murid yang lambat belajar atau “slow learners” hanya diberi pelajaran tentang hal-hal penting yang sekurang-kurangnya harus dikuasai oleh semua atau “minimum assentials” atau disebut program umum.
-       Kelompok pelajar yang cerdas dan cepat belajar atau “fast learnest”selain dengan cepat menguasai minimum essentials diberi juga program yang lebih luas yang berfungsi memperkaya program umum atau “enriched program learning”. Hal ini dapat dilaksanakan dengan program-program dalam bentuk modul semi mengajar diri sendiri atau modula mengajar diri sendiri.

Pendapat ketiga ialah menciptakan jenis kurikulum berdasarkan pengalaman yang dipusatkan kepada masalah-masalah dan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok tersebut dalam pendapat kedua untuk bekerja sama memecahkan masalah bersama yang menarik perhatian bersama.

6.         Manakah yang lebih penting, proses atau isi?
Jawaban pertama terhadap persoalan ini merupakan implikasi dari teori Dewey yang berpendapat bahwa anak dan juga orang dewasa “belajar dengan berbuat” atau “learning by doing”. Para pendidikan yang mengutamakan kegiatan dan pengalaman di dalam kurikulum berarti memperhatikan pentingnya apa yang  dipelajari sepanjang macam-macam pengalaman dihayati anak memupuk perkembangan sosial, estetika, pikiran dan moral yang dianggap penting oleh mereka. Rupanya teori ini senada dengan pendapat psikologi daya masa lampau yang berpendapat bahwa daya-daya seperti kemauan, kecerdasan, ketahanan dan kerajinan dapat dikembangkan dengan jalan mempelajari mata-mata pelajaran tertentu selama mata-mata pelajaran tersebut cukup sukar dan tidak menyenangkan.
Isi yang dipelajari memang penting. Pendekatan terakhir terhadap isi yang dipelajari berbeda dengan pendekatan lama, yaitu dalam penekannya. Pandangan terakhir mengemukakan pendirian bahwa isi yang dipelajari harus dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan nyata anak-anak menurut taraf kematangannya.
Memang kita akui bahwa sarana belajar itu penting dan bahwa proses adalah juga isi dalam arti yang sebenarnya dan merupakan aspek terpenting dalam situasi belajar. Namun kita harus berpendirian hati-hati jangan terjerumus ke salah satu pendapat yang ekstrim. Pendekatan yang sehat terhadap belajar berpendirian bahwa belajar merupakan interaksi antara pelajar dengan situasi yang mencakup masalah atau problema, bahwa yang dipergunakan untuk memecahkan masalah, dan pada anak ialah adanya orang dewasa (guru) yang membantu dan membimbing. Dalam situasi ini pengetahuan tentang fakta-fakta ditempatkan dalam fokus baru ini. Isi pelajaran penting karena turut meningkatkan kualitas kehidupan murid-murid di masa kini dan sekaligus merupakan persiapan untuk kehidupan di masa yang akan datang.






BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP


a.         Kesimpulan
-       Administrasi personal meliputi administrasi personil guru dan pegawai sekolah dan administrasi murid.
Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervise atau kepegawaian memegang peranan yang sangat penting.
-       Administrasi kurikulum meliputi penyusunan kurikulum, pembinaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, seperti pembagian tugas mengajar pada guru-guru, penyusunan silabus atau pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan.

b.         Penutup
Demikian penyusunan makalah kelompok II telah kami sajikan, dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran kritikannya demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca sekalian pada umumnya.


[1] H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan, PT Renika Cipta, Jakarta: 2008, hlm 30-36.
[2] Engkoswora, Administrasi Pendidikan, PT Alfabeta, Bandung: 2010 hlm 249.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar